Apakah Itu Bullying...???
Bullying itu apa sich? Menurut pakar bullying, yang tergabung dalam asosiasi
perkumpulan stop bullying di Australia, bullying : is someone
hurts and deliberately to another person more than once. Maksudnya bullying
adalah : suatu tindakan menyakiti dari seseorang kepada orang lain dengan
sengaja, yang dilakukan lebih dari sekali.
Jadi kalau seseorang disakiti atau dilukai oleh
orang lain, maka dia dinamakan korban bullying. saya lebih menyikapi bullying adalah seperti
yang ada dalam alqur’an, surat al-hujurat ayat 11: yaitu (mengolok-olok atau
mentertawakan atau mengejek orang lain) yang dilakukan perseorangan atau
perkelompok, pada orang lain, dimana tindakan mengejek ini berterusan dan
dilakukan hampir setiap hari dan menimbulkan keadaan dimana sang korban bullying
merasa terhina namun tak berdaya, dan sang bulyier (pelaku bullying)
semakin sang korban menderita, semakin dia menjadi seperti raja, dan bila
tindakannya disorak-soraikan oleh kawan-kawannya maka, dia semakin
manjadi-jadi.
Bullying ini sendiri
banyak terjadi di sekolah-sekolah, sekolah umum maupun swasta, bahkan di
pesantren sekalipun. Dan bila pada tatanan nilai masyarakat yang agresif seperti di negara
barat, maka akan timbul kasus bullying yang cukup parah dari pembunuhan
sampai pada kasus cedera. Biasanya di sekolah pertama-tama dilakukan oleh kakak
senior kepada adik kelasnya yang dinamakan ospek ( yaah..semacam raja kecil
ditengah kerajaan kecil yang bernama osis atau Senat atau BEM sekolah/universitas).
Setelah kegiatan ospek usai, maka praktek bullying terjadi juga pada
keseharian anak di kelas, dimana anak-anak yang merasa badannya lebih besar,
lebih punya power mem-bully anak yang tampaknya lebih lemah.
A.
Praktek bullying
sendiri dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
1.
Bullying secara fisik
: tindakan
menikam, memalak,mencubit,memukul,meludah, menyengkat, menarik leher kerah
baju, mendorong, yang semuanya dilakukan dengan sengaja (deliberately).
2.
Bullying secara verbal
: mengolok
olok, menertawakan, memanggil nama orangtua, mencemo’oh, menghina bahkan
memfitnah, dan lagi-lagi dilakukan dengan sengaja.
3.
Bullying secara psycholog :
mendiamkan, mengucilkan, tidak diajak dalam kegiatan apapun, dibiarkan
sendirian.
B.
Korban Bullying Siapa aja sih?
Dia adalah biasanya :
1. Anak atau remaja : usia 8 hingga 19 tahun.
2. Anak baru dan pendiam
3. Anak baru dari negeri lain yang tidak mengerti bahasa setempat : misal vietnamese yang sekolah di Australia, mengucapkan sandwich dengan dengung: “ sandwingg..” sehingga dia ditertawakan kawan - kawannya, yang akan menunggu kata – kata berikut yang aneh yang akan keluar dari mulutnya.
4. Anak yang kelihatan minder dan gugup
5. Anak gadis yang cantik
6. Anak yang hyperaktif
7. Anak yang “ berbeda” : anak lelaki yang keperempuan -perempuanan, atau berbeda dalam hal : anak lain bergosip ,dia tidak mau.
8. Anak yang tidak kenapa - napa, namun yaah, si pelaku bullying sengaja mencari - cari korban.
Dia adalah biasanya :
1. Anak atau remaja : usia 8 hingga 19 tahun.
2. Anak baru dan pendiam
3. Anak baru dari negeri lain yang tidak mengerti bahasa setempat : misal vietnamese yang sekolah di Australia, mengucapkan sandwich dengan dengung: “ sandwingg..” sehingga dia ditertawakan kawan - kawannya, yang akan menunggu kata – kata berikut yang aneh yang akan keluar dari mulutnya.
4. Anak yang kelihatan minder dan gugup
5. Anak gadis yang cantik
6. Anak yang hyperaktif
7. Anak yang “ berbeda” : anak lelaki yang keperempuan -perempuanan, atau berbeda dalam hal : anak lain bergosip ,dia tidak mau.
8. Anak yang tidak kenapa - napa, namun yaah, si pelaku bullying sengaja mencari - cari korban.
C.
Alasan Mengapa Mereka Melakukan
Bullying?

Dalam skema kognitif korban yang diteliti oleh Riauskina dkk., korban mempunyai persepsi
bahwa pelaku melakukan bullying karena :
1. Tradisi
2. Balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama.
3. Ingin menunjukkan kekuasaan
4. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
5. Mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan)
6. Iri hati (menurut korban perempuan)
Dalam skema kognitif korban yang diteliti oleh Riauskina dkk., korban mempunyai persepsi
bahwa pelaku melakukan bullying karena :
1. Tradisi
2. Balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama.
3. Ingin menunjukkan kekuasaan
4. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
5. Mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan)
6. Iri hati (menurut korban perempuan)
D.
Adapun korban juga
mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena :
1.
Penampilan menyolok
2.
Tidak berperilaku dengan sesuai.
3.
Perilaku dianggap tidak sopan
4.
Tradisi
E.
Apa Dampak dari Bullying?
Salah
satu dampak dari bullying yang
paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang
biasanya ditimbulkan bullying adalah
sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada.
Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN,
dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
Dampak
lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya
kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang
dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam,
kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak
berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada
munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka
ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka
masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya
atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
Yang
paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying,
seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri,
dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder). diteliti Riauskina dkk.,
hal-hal ini juga dialami korban, seperti merasa hidupnya tertekan, takut
bertemu pelaku bullying, bahkan
depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya
sendiri!
Kini telah diketahui bahwa perilaku bullying yang tidak ditangani dengan
baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih
serius di masa remaja dan dewasa, seperti :
1. Pelecehan seksual
2. Kenakalan remaja
3. Keterlibatan dalam geng criminal
4. Kekerasan terhadap pacar/teman kencan
5. Pelecehan atau bullying di tempat kerja
6. Kekerasan dalam rumah tangga
7. Pelecehan/kekerasan terhadap anak
8.
Kekerasan terhadap orang tua sendiri
F. Faktor dan Karakteristik yang
Terkait dengan Perilaku Bullying
Faktor-faktor apa sajakah
yang menyebabkan seorang anak menjadi pelaku bullying? Salah satunya
adalah keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang
bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau
situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada
orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada
konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia
akan belajar bahwa ”mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk
berperilaku agresif, dan berperilaku agresif dapat meningkatkan status dan
kekuasaan seseorang.” Dari sini, anak tidak hanya mengembangkan perilaku bullying,
melainkan juga sikap dan kepercayaan yang lebih dalam lagi.
Di bawah
ini adalah karakteristik yang pada umumnya ditemui
pada pelaku bullying, sehingga anak yang belum melakukan bullying,
namun memiliki beberapa karakteristik berikut, dapat segera dikenali dan diberi
pengertian yang benar sebelum ia melakukannya.
1.
Cenderung hiperaktif, disruptive,
impulsif, dan overactive
2.
Memiliki
temperamen yang sulit dan masalah pada atensi/konsentrasi
3.
Pada umumnya juga agresif terhadap guru,
orangtua, saudara, dan orang lain
4.
Gampang terprovokasi oleh situasi yang
mengundang agresi
5.
Memiliki sikap bahwa agresi adalah
sesuatu yang positif
6.
Pada anak laki-laki, cenderung memiliki
fisik yang lebih kuat daripada teman sebayanya
7.
Pada anak perempuan, cenderung memiliki
fisik yang lebih lemah daripada teman sebayanya
8.
Berteman dengan anak-anak yang juga
memiliki kecenderungan agresif
9.
Kurang memiliki empati terhadap
korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya
10. Biasanya
adalah anak yang paling insecure, tidak disukai oleh teman-temannya, dan
paling buruk prestasinya di sekolah hingga sering terancam drop out.
11. Cenderung
sulit menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan dalam hidup
Menurut Pepler dan Craig (2000), siswa-siswa
lain bisa memiliki beberapa peran, yaitu peserta (co-bullies), suporter,
penonton biasa, dan penolong (interveners).
Berikut ini adalah beberapa pengaruh teman-teman
sebaya yang menonton terhadap aktivitas bullying.
1.
Mereka secara alamiah tertarik oleh
ketegangan dan hasrat agresif yang ditimbulkan dari menonton aktivitas bullying.
Adanya ‘permintaan pasar’ ini akan mendorong pelaku untuk mem-bully
lebih sering, intens, dan ganas
2.
Perhatian positif, keberpihakan, peniruan,
rasa hormat, dan ketakutan untuk melawan yang terjadi pada penonton akan
semakin memperkuat dominasi pelaku.
3.
Memaksimalkan
dampak sosial dari bullying terhadap korban melalui penonton yang tidak
memberikan empati atau pertolongan, memberikan perhatian yang negatif, serta
bersikap menyalahkan korban sebagai ‘pemicu’ perlakuan bullying
terhadapnya.
4.
Siswa-siswa yang berpihak pada pelaku
akan semakin semakin agresif dan tidak sensitif terhadap penderitaan korban
akibat perlakuan mereka. Mereka mengalami ‘perlindungan’ (dari pelaku) dan
status sosial yang lebih tinggi. Pada akhirnya akan terbentuk kelompok yang
solid dan mampu melakukan aktivitas terencana.
5.
Menegaskan adanya risiko bagi
siswa-siswa yang berpihak pada korban: mereka bisa menjadi korban berikutnya.
F.
Ada Beberapa Tips bagi Pencegahan Bullying :
1.
Kenali perilaku bullying. Tidak
hanya bersifat fisik, bullying juga dapat bersifat sosial atau verbal, seperti
menjelek-jelekkan orang lain.
2.
Menjauhlah. Dengan tetap berada di situ
dan menonton, anda menyemangati pelaku untuk terus melakukan aksinya.
Menjauhlah dan cari pertolongan dari guru atau orangtua. Akan lebih baik jika
anda bisa mengajak teman-teman lain untuk menjauh juga.
3.
Jangan
ikut mem-bully meski ‘hanya’ secara verbal, seperti mengejek atau
menyindir. Inilah yang diharapkan pelaku dari para penonton. Sebaliknya,
dekatilah korban bullying. Dorong mereka untuk melaporkan kejadian ini
pada orangtua atau guru. Temani mereka.
4.
Bicarakan keberatan anda (dan pandangan
anda bahwa bullying itu salah) jika anda diajak atau dipaksa untuk ikut
serta dalam aktivitas bullying. Tolonglah korban, dan jangan
sekali-sekali melawan pelaku bullying jika anda tidak yakin anda cukup
aman untuk melakukannya.
5.
Catatlah tempat-tempat yang sering
dijadikan lokasi bullying. Beritahukan guru atau orangtua agar mereka
mengawasi tempat-tempat ini.
Pustaka Therapy
-
Niken,S.(2008). Mengatasi kekerasan
dilingkungan sekolah. Grasindo: Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar